BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belakangan ini kecenderungan pembelajaran mengalami perubahan pemikiran, yaitu pembelajaran dianggap akan menjadi lebih baik jika lingkungan pmbelajaran diciptakan alamiah. Pembelajaran akan lebih efisien dan menyenangkan apabila peserta didik bisa mengalami apa yang mereka pelajari bukan hanya bisa memahami apa yang mereka dengan dari guru. Pembelajaran yang hanya memperioritaskan kepada penguasaan materi saja memang terbukti bisa berhasil dalam kompetensi kognitif tapi itu hanya dalam waktu jangka pendek saja, tapi pembelajaran yang demikian tidak bisa membekali peserta didik dalam waktu jangka panjang. Yaitu dalam pembekalan peserta didik supaya mereka bisa memecahkan masalah atau persoalan yang mereka hadapi dalam waktu jangka panjang.
Ada sebuah pendekatan pembelajaran yang bisa membantu guru untuk bisa mencapai terhadap pembelajaran yang menyenangkan di atas yang mana pendekatan pembelajaran tersebut bisa mengaitkan antara materi yang diajarkan oleh seorang guru dengan situasi dunia nyata siswa, serta bisa membantu siswa dalam menerapkan materi yang dipelajarinya dengan penerapan meteri tersebut dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga serta sebagai anggota masyarakat. Metode tersebut disebut dengan Pendekatan kontektual ( Contextual Teaching Learning ). Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Dalam pendekatan metode pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk bisa mengerti apa makna belajar, kegunaannya, serta bagaimana siswa itu bisa mencapainya. Dan dalam pendekatan metode ini peserta bisa sadar bahwa apa yang mereka sedang pelajari adalah sesuatu yang sangat bermanfaat bagi mereka dalam kehidupan mereka kelak, dan dengan begitu mereka akan berusaha dengan keras untuk mendapatkan apa yang sedang mereka pelajari, sehingga dengan demikian pembelajaran akan berjalan dengan menyenangkan serat tidak membuat mereka merasa jenuh dalam menghadapi pembelajarn tersebut.
Dalam model pembelajaran ini guru hanya bertugas sebagai mediator untuk membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak memikirkan strategi apa yang akan digunakan dari pada memberi kan informasi tentang mata pelajaran. Jadi dalam model pembelajaran ini guru harus lebih kreatif dengan menggunakan beberapa metode belajar supaya apa yang diharapkan bisa tercapai, karena apabila dalam model pembelajaran ini seorang guru hanya menggunakan satu meotode belajar maka apa yang menjadi tujuan dari mempelajaran tersebut tidak akan tercapai.
Kontektual hanya sebuah strategi pembelajaran, yang bertujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.
Berdasar hal-hal tersebut di atas diharapkan dengan adanya penggunaan pendekatan CTL dapat meningkatkan motivasi siswa pada pembelajaran. Maka dari itu peneliti mengadakan sebuah penelitian dengan judul “ PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DENGAN MENGUGUNAKAN METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS VIII.D SMPN 1 PAITON PROBOLINGGO”.
B. Rumusan Masalah
Untuk lebih memfokuskan pembahasan peneitian maka penelitian ini akan lebih dipusatkan kepada pertanyaan sebagai berikut:
Apakah penggunaan model pembelajaran contextual teaching learning (CTL) dengan mengugunakan metode ceramah dan demonstrasi akan bisa meningkatkan efektifitas pembelajaran pendidikan agama islam di kelas VIII.D smpn 1 paiton probolinggo?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah penggunaan model pembelajaran contextual teaching learning (CTL) dengan mengugunakan metode ceramah dan demonstrasi akan bisa meningkatkan efektifitas pembelajaran pendidikan agama islam di kelas VIII.D smpn 1 paiton probolinggo
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat kepada seluruh praktisi pendidikan, khususnya bagi:
- Kelas VIII.D SMPN 1 Paiton Probolinggo sebagai bahan evaluasi dan dapat dijadikan pedoman dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya di SMPN 1 Paiton Probolinggo.
- Peneliti sekaligus Praktikan, sebagai bahan acuan untuk embekali dengan berbagai metode agar bisa berguna ketika menjadi guru kelak.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Contextual Teaching Learning
1. Pengertian Contextual Teaching Learning (CTL)
Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan Suatu model pembelajaran yang mengkaitkan materi yang sedang dipelajari dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan yang lain/konteks lainnya dengan tujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya.
Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontektual.
a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning)
b) Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
d) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)
e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut
3. Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
- Guru mudah menguasai kelas.
- Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
- Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
- Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Selain mempunyai kelebihan metode ini juga mempunya Beberapa kelemahan yaitu:
- Membuat siswa pasif.
- Mengandung unsur paksaan kepada siswa
- Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
- Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
- Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
- Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
4. Demostrasi
Kegiatan belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila seorang guru dapat menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar.
“ Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan “ (Mulyani Sumantri, dalam Roetiyah 2001 : 82).
“ Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan “ (Mulyani Sumantri, dalam Roetiyah 2001 : 82).
Pendapat lain menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses (Roestiyah N. K 2001 : 83).
Menurut Udin S. Wianat Putra, dkk ( 2004 : 424 ) “ Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu “.
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 54 ) : “Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran “.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan lisan.
Keunggulan Metode Demonstrasi
Keunggulan Metode Demonstrasi
Menurut Elizar ( 1996 : 45 ), keunggulan dari metode demonstrasi adalah kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa mendapatkan langsung dari hasil pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada guru.
Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman ( 2002 : 46 ) menyatakan bahwa keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan.
Adapun menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 56 ) menyatakan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.
Dari ketiga pendapat di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya.
Kelemahan metode Demonstrasi
Walaupun memiliki beberapa kelebihan, namun metode demonstrasi ini juga memiliki beberapa kelemahan-kelemahan antara lain:
Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 57 ), ada beberapa kelemahan metode demonstrasi yaitu anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.
Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kelemahan metode demonstrasi adalah tidak semua benda dan materi pembelajaran yang bisa didemonstrasikan dan metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang oleh keterampilan guru secara khusus.
Meskipun metode ini memiliki banyak kelemahan-kelemahan, penulis melihat metode ini sangat bagus sekali apabila diterapkan dalam pembelajaran PAI terutama dalam bidang ilmu Fiqh, karena siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru mengenai cara beribadah, tetapi siswa juga dapat langsung mempraktekkan kegiatan ibadah yang dipelajarinya. Hal ini akan menghilangkan kejenuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Agar pelaksanaan metode demonstrasi berjalan baik, alangkah baiknya guru memperhatikan hal-hal berikut : rumuskan tujuan instruksional yang dapat dicapai oleh siswa, susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan, persiapkan peralatan atau bahan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai dan atur sesuai skenario yang direncanakan, teliti terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan agar demonstrasi berhasil dilakukan, perhitungkan waktu yang dibutuhkan sehingga kita dapat memberikan keterangan dari siswa bisa mengajukan pertanyaan apabila ada keraguan.
Selama demonstrasi berlangsung hendaknya guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut : apakah demonstrasi dapat diikuti oleh setiap siswa, apakah demonstrasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah dilakukan, apakah keterangan yang diberikan dapat didengarkan dan dipahami oleh siswa, apakah siswa telah diberikan petunjuk mengenai hal-hal yang perlu dicatat, apakah waktu yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan efisien.
5. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
No | Model Pembelajaran CTL | Model Pembelajaran TRADISIONAL |
1 | Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran | Siswa secara pasif menerima informasi |
2 | Pemilihan informasi berdasarkan kebutuh-an siswa | Pemilihan informasi di-tentukan oleh guru |
3 | Menyandarkan pada memori spasial (pemahaman makna) | Menyandarkan pada hapalan |
4 | Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang | Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu |
5 | Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa | Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan |
6 | Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/-masalah yang disi-mulasikan | Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis |
7 | Perilaku dibangun atas kesadaran diri | Perilaku dibangun atas kebiasaan |
8 | Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok) | Waktu belajar siswa se-bagian besar dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku tugas, men-dengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual) |
9 | Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan | Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman |
10 | Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri | Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor |
11 | Keterampilan dikem-bangkan atas dasar pemahaman | Keterampilan dikem-bangkan atas dasar latihan |
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini kami laksanakan di salah satu sekolah menengah pertama yang berda di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) yang ada di kota Probolinggo tepatnya di kecamatan Paiton yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Paiton (SMPN 1 Paiton)
Penelitian ini akan peneliti fokuskan terhadap siswa kelas VIII.D yang berjumlah 37 siswa . Penelitian dilakukan pada pmbelajaran Pendidikan Agama Islam yang waktu pembelajarnnya selama 2 jam pelajaran dalam satu minggu.
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 kali pertemuan dengan menerapkan metode yang telah direncanakan.
B. Tahapan-tahapan penelitian
1. Perencanaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dipakai model siklus yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan, sehingga daiharapkan semakin lama akan semakin menunjang peningkatan dan mencapai hasilnya. Sedang hal-hal / langkah-langkah kegiatan yang disiapkan adalah :
a) Observasi
b) Konsultasi dengan guru Pamong
c) Identifikasi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar
d) Merumuskan metode yang sesuai dengan pembelajaran PAI
e) Menetapkan metode yang sesuai dengan pembelajaran
f) Melaksanakan tindakan kelas
Penelitian dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, dimulai pada tanggal 6 Agustus 2008 sampai 27 Agustus 2008
2. Implementasi Tindakan
Adapun kegiatan atau tindakan yang dilaksanakan dikelas selama pertemuan sebagai berikut :
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Menyampaikan materi secara garis besar
c) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi
3. Observasi
Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan dengan pengambilan data hasil belajar dan kinerja siswa. Hal tersebut antara lain :
a) Kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran PAI berlangsung
b) Hasil kerja siswa baik individu maupun kelompok
4. Analisis dan Refleksi
Data yang diperoleh dari tindakan kelas yang telah dilaksanakan, akan dianalisis untuk memastikan bahwa dengan menggunakan pendekatan CTL dengan metode ceramah dan demonstrasi dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran PAI.
Dalam menganalisis data akan digunakan prosedur dan teknik-teknik yang sesuai dengan tujuan yang ada / yang akan dicapai. Yakni memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru dalam pembelajaran PAI, sehingga siswa merasa pengetahuan yang baru didapatnya lebih berharga, karena itu merupakan hasil temuan sendiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi siswa.
C. Instrumen Penelitian
Dalam pelakasanaan penelitian ini peneliti di sini menjadi kunci instrumen, yang mana dalam penelitian ini peneliti menjadi oerang yang mengumpulkan data, menjadi perencana, serta menjadi pelaksana tindakan kelas yang nantinya akan terlibat langsung dengan siswa dalam proses penelitian.
Instrument pendukung lain yang dapat digunakan adalah lembar observasi, kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan angket siswa dalam pembelajran PAI.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penilitian tindakan kelas adalah :
1) Metode Observasi
Menurut Kartini Kartono, observasi adalah studi sistimatis yang disengaja tentang fenomena-fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan pengamatan. Oleh karena itu keterlibatan secara langsung peneliti dalam penelitian tindakan sangat diharuskan.
2) Angket motivasi siswa
Penggunaan angket ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Angket ini akan digunakan dua kali yakni pada tiap-tiap siklus.
BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan dan dipaparkan data siklus penelitian Pendidikan Agama Islam selama kegiatan penelitian tindakan kelas berlangsung. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan.
A. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh peneliti ini dilaksanakan di SMA Nurul Jadid yang berlokasi di PP Nurul Jadid Karanganyar Paiton Probolinggo
Guna menunjang proses pendidikan, SMA Nurul Jadid dilengkapi dengan beberapa sarana pendidikan yang terdiri dari ruang belajar (kelas) yang berjumlah 36 kelas, dengan rincian 12 ruang untuk kelas satu, 12 ruang untuk kelas dua, dan 12 ruang untuk kelas tiga, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, laboratorium SAINS, perpustakaan, musholla, ruang guru, ruang Tata Usaha, ruang kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, ruang BP, ruang kesenian, ruang organisasi kesiswaan, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), Koperasi Siswa (Kopsis), aula, tempat olah raga dan kamar mandi.
Pada penelian ini peneliti juga berperan sebagai seorang guru yang nantinya akan menggunakan pendekatan CTL dengan teknik Inquiry dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 5 SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Diharapkan dengan penggunaan metode ini dapat meningkatkan motivasi siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Siklus penelitian
1. Perencanaan
Skenario tindakan kelas dipersiapkan untuk empat kali pertemuan yang dibentuk dalam skenario pembelajaran untuk dua pokok bahasan. Tindakan kelas dimulai pada hari Rabu, 6 Agustus 2008 sampai hari Rabu, 27 Agustus 2008.
2. Skenario Tindakan
Pertemuan I ( Rabu 6 Agustus 2008 )
SESI | TOPIK | KEGIATAN | WAKTU |
II 2 X 45 | Pembuka Pendahuluan Pengertian Shalat sunnah Keutamaan shalat sunnah Shalat Dhuha Penutup | · Guru mengawali pelajaran dengan salam dan do’a, kemudian secara bersama-sama siswa membaca Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 60-70. · Secara singkat guru menjelaskan kompetensi dan pokok-pokok materi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa sebagai hasil belajar. · Guru membagi siswa pada dua kelompok besar, kemudian secara singkat siswa mendiskusikan pengertian dari shalat dan sunnah · Setelah berdiskusi setiap kelompok bertugas untuk menjelaskan pengertian dari shalat dan sunnah · Guru menjadi fasilitator siswa untuk menjelaskan arti dari shalat sunnah dan kemudian menjelaskan bila terdapat kekurangan · Guru meminta beberapa siswa untuk membacakan dalil-dalil naqli yang berisi tentang keutamaan-keutamaan shalat sunnah · Guru menceritakan kisah-kisah salafus shaleh yang berkaitan dengan keutamaan shalat sunnah · Guru menjelaskan pengertian dari shalat dhuha, keutamaan dan tata cara pelaksanaannya. · Guru memberi feed back pada siswa tentang materi yang baru dipelajari. · Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya · Guru memberi tugas pada siswa untuk menghafal do’a surat dhuha | 15’ 5’ 10’ 5’ 10’ 15’ 20’ 10’ |
Pertemuan II ( Rabu 13 Agustus 2008)
SESI | TOPIK | KEGIATAN | WAKTU |
III 2 X 45 | Pembuka Pendahuluan Pembahasan tentang beberapa shalatsunnah(khusufain, istikharah, hajat dan istisqa) Penutup | · Guru mengawali pelajaran dengan salam dan do’a, kemudian secara bersama-sama siswa membaca Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 70-80. · Apersepsi · Guru menjelaskan kompetensi dasar siswa setelah mempelajari shalat sunnah khusufain, istikharah, hajat dan istisqa. · Secara global guru menjelaskan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan shalat sunnah tersebut diatas. · Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, tiap 2 kelompok membahas pengertian, keutamaan dan tatacara 1 shalat sunnah · Guru membagikan beberapa catatan tentang shalat sunnah sebagai alat pembantu siswa dalam diskusi kelompok · Setelah siswa berdiskusi dikelompoknya, perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok di hadapan seluruh siswa · Guru guru menambahkan penjelasan tentang beberapa shalat sunnah tersebut diatas · Guru memberi beberapa kesimpulan dari pembahasan tentang sholat sunnah dan memberi tugas pada siswa untuk mempelajari pelajaran selnjutnya | 15’ 10’ 15’ 15’ 20’ 10’ 10’ |
Pertemuan III ( Rabu 20 Agustus 2008 )
SESI | TOPIK | KEGIATAN | WAKTU |
IV 2 X 45 | Pembuka Pendahuluan Pengertian zikir Fungsi zikir Macam-macam cara dan adab berzikir Penutup | · Guru mengawali pelajaran dengan salam dan do’a, kemudian secara bersama-sama siswa membaca Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 80-90 · Apersepsi/ reviw ulang pelajaran yang lalu · Guru menjelaskan secara singkat kompetensi dan pokok-pokok materi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa sebagai hasil belajar. · Secara global guru memberi informasi tentang pengertian zikir · Guru menggali informasi pengalaman siswa tentang tentang zikir, termasuk didalam nya meminta siswa untuk menyebutkan zikir yang biasa diamalkan · Guru meminta beberapa siswa untuk membacakan dalil-dalil yang berkenaan dengan fungsi zikir yang ada pada buku panduan · Guru memberi penjelasan tentang fungsi zikir dengan menghadirkan kisah-kisah teladan · Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk berdiskusi, kelompok 1 membahas tentang zikir dengan hati, kelompok 2 membahas tentang zikir lisan, kelompok 3 membahas tentang zikir perbuatan dan kelompok 4 membahas tentang adab berzikir. · Setelah selesai guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi · Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya · Guru mengajak semua siswa untuk merefleksikan pelajaran yang telah diperoleh dengan berzikir bersama-sama | 15’ 10’ 15’ 15’ 20’ 15’ |
Pertemuan IV ( Rabu, 27 Agustus 2008 )
SESI | TOPIK | KEGIATAN | WAKTU |
V 2 X 45 | Pembuka Pendahuluan Pengertian do’a Kedudukan do’a Tempat, waktu dan adab berdo’a Do’a setelah sholat Penutup | · Guru mengawali pelajaran dengan salam dan do’a, kemudian secara bersama-sama siswa membaca Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 90-100 · Apersepsi/ reviw ulang pelajaran yang lalu · Guru menjelaskan secara singkat kompetensi dan pokok-pokok materi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa sebagai hasil belajar. · Secara global guru memberi informasi tentang pengertian do’a · Guru menggali informasi pengalaman siswa tentang tentang do’a, dengan meminta siswa untuk menyebutkan do’a sehari-hari yang biasa diamalkan · Guru meminta beberapa siswa untuk membacakan dalil-dalil yang berkenaan dengan kedudukan do’a bagi orang mu’min yang ada pada buku panduan · Guru memberi penjelasan tentang kedudukan zikir sesuai dengan dengan dalil yang telah dibacakan · Siswa secara bergilir menyebutkan tempat, waktu dan adab berdo’a · Setelah itu guru memberi sedikit tambahan penjelasan tentang tempat, waktu dan adab berdo’a · Guru memberi lafad-lafad bacaan do’a sesudah sholat dan siswa diminta untuk mengerti arti dan maksud tujannya · Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya | 15’ 10’ 15’ 15’ 10’ 15’ 10’ |
Siklus I
1 Rencana Tindakan Kelas
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih menggunakan pendekatan CTL dengan teknik inquiry yang nantinya akan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti melakukan perencanaan sebagai berikut :
a. Membuat RP ( Rencana Pembelajaran)
b. Membagi pokok bahasan bab II sebagai berikut :
1) pengertian sholat sunnah
2) macam-macam sholat sunnah ( sholat dhuha, sholat khusufain, sholat istikhoroh, sholat hajat, sholat istisqo’)
c. Peneliti membagi siswa menjadi 2 kelompok besar untuk pembahasn pengertian sholat sunnah dan membagi siswa menjadi 8 kelompok untuk pembahasan beberapa sholat sunnah tersebut diatas.
d. Peneliti mempersiapkan alat observasi sebagai alat pengukur kreativitas, keantusiasan dan ketertarian siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
e. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam akan menggunakan pendekatan CTL dengan teknik inquiry. Penerapannya sebagai berikut :
Langkah I
1) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Peneliti menggali pengetahuan siswa tentang shalat sunnah
3) Penelit membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk sharing pengetahuan tentang shalat sunnah
Langkah II
1) Peneliti mempersilahkan siswa yang telah terbagi dalam kelompok untuk melakukan sharing tentang sholat sunnah
2) Setelah didiskusikan di kelompok, pembahasan tentang sholat sunnah dibahas secara bersama-sama oleh seluruh siswa dan difasilitasi oleh guru
Langkah III
1) Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan pembelajaran
2) Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang shalat sunnah
2. Pelaksanaan dan observasi tindakan kelas Siklus I
Setelah dipersiapkan rencana pembelajaran dan teknik yang akan dipakai maka proses pembelajaran akan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran dan menggunakan teknik yang telah ditetapkan.
Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2 X 45 menit dengan kegiatan sebagai berikut :
Pertemuan pertama (Rabu, 6 Agustus 2008)
Tahap awal
a) Salam pembuka
b) Membaca Al-Qur’an
Tahap Inti
Pre Activity
a) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran
b) Peneliti menggali pengetahuan sisiwa tentang shalat sunnah hubungannya dengan kehidupan sehari-hari
c) Secara global guru menjelaskan tentang shalat sunnah
d) Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi
Whilst Aktivity
a) Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing
b) Setelah dibahas di kelompok masing-masing, pengertian shalat sunnah dibahas secara bersama-sama, tiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kelompok masing-masing sedang yang lain menanggapi
c) Peneliti memberi kesempatan siswa untuk mengaitkan pelajaran yang baru dia temukan dengan kehidupan sehari-hari
d) Peneliti menjadi fasilitator selama kegiatan berlangsung
Post Activity
a) Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan pembelajaran
b) Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang shalat sunnah
Tahap Akhir
a) Peneliti memberi feed back pada siswa dan memberi kesempatan untuk bertanya
b) Peneliti meminta siswa untuk mempelajari bahasan selanjutnya
Pertemuan kedua (Rabu 13 Agustus 2008)
Tahap awal
a) Salam pembuka
b) Membaca Al-Qur’an
Tahap Inti
Pre Activity
a) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberi kaitan dengan pelajaran yang lalu
b) Secara global guru menjelaskan tentang beberapa shalat sunnah
c) Peneliti membagi siswa menjadi 8 kelompok diskusi
Whilst Aktivity
a) Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing
b) Setelah dibahas di kelompok masing-masing, pembahasan sholat sunnah dibahas secara bersama-sama, tiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kelompok masing-masing sedang yang lain menanggapi
c) Peneliti menjadi fasilitator selama kegiatan berlangsung
Post Activity
a) Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan pembelajaran
b) Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang shalat sunnah
Tahap Akhir
c) Peneliti memberi feed back pada siswa dan memberi kesempatan untuk bertanya
d) Peneliti meminta siswa untuk mempelajari bahasan selanjutnya
3. Observasi dan Hasil Tindakan Kelas Siklus I
Hasil pengamatan peneliti yang juga merupakan guru pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada tahap I, kreatifitas siswa terlihat lebih antusias dalam mempelajari PAI, hal ini dikarenakan siswa merasa menemukan sendiri pengetahuan yang baru didapatnya dengan melakukan sharing bersama siswa yang lain.
Setelah pembahasan tentang materi shalat sunnah, siswa menjawab beberapa soal untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibahas bersama.
4. Refleksi Siklus I
Tujuan diterapkannya pendekatan CTL dengan teknik Inquiry adalah untuk meningkatkan motivasi siswa pada pembelajran PAI, sehingga diharapkan dalam mempelajari PAI siswa tidak merasa bosan dan merasa terpaksa. Oleh karena itu perlu adanya langkah-langkah yang di antaranya adalah membuat siswa merasa apa yang dia dapat selama pembelajaran berlangsung merupakan hasil penemuan dan merupakan kebutuhannya sendiri, sehingga akan lebih berharga bagi siswa tersebut.
Siklus II
1. Rencana Tindakan Kelas
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih menggunakan pendekatan CTL dengan teknik inquiry yang nantinya akan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti melakukan perencanaan sebagai berikut :
a. Membuat RP ( Rencana Pembelajaran)
b. Membagi pokok bahasan bab II sebagai berikut :
2) pengertian zikir dan do’a
3) fadhilah zikir dan do’a
c. Peneliti membagi siswa menjadi 4 kelompok
d. Peneliti mempersiapkan alat observasi sebagai alat pengukur kreativitas, keantusiasan dan ketertarian siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
e. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam akan menggunakan pendekatan CTL dengan teknik inquiry. Penerapannya sebagai berikut :
Langkah I
1) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Peneliti menggali pengetahuan siswa tentang zikir dan do’a
3) Peneliti meminta siswa untuk meyebutkan zikir dan do’a yang biasa dia baca setiap hari
4) Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok
Langkah II
1) Peneliti meminta siswa untuk membacakan dalil-dalil yang berkenaan dengan zikir dan do’a seperti yang terdapat pada buku panduan
2) Siswa mendiskusikan tentanf fadilah zikir dan do’a dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari
3) Setelah didiskusikan di kelompok, pembahasan tentang shalat sunnah dibahas secara bersama-sama oleh seluruh siswa dan difasilitasi oleh guru
Langkah III
1) Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan pembelajaran
2) Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang zikr dan do’a
2 Pelaksanaan dan observasi tindakan kelas Siklus II
Seperti pada siklus I, pada siklus II kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan rencana pembelajaran dan menggunakan pendekatan CTL dengan teknik inquiry sebagai berikut :
Pertemuan Pertama (Rabu, 20 Agustus 2008)
Tahap awal
1) Salam pembuka
2) Membaca Al-Qur’an
Tahap Inti
Pre Activity
1) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Peneliti menggali pengetahuan sisiwa tentang ziki
3) Peneliti meminta siswa menyebutkan zikir siswa yang biasa dibaca siswa setiap hari
4) Secara global guru menjelaskan tentang zikir
5) Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi
Whilst Aktivity
1) Peneliti meminta siswa membacakan dalil tentang zikir dibantu dengan buku panduan yang ada
2) Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing
3) Setelah dibahas di kelompok masing-masing, pembahasan tentan fadilah zikir dibahas secara bersama-sama, tiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kelompok masing-masing sedang yang lain menanggapi
4) Peneliti memberi kesempatan siswa untuk mengaitkan pelajaran yang baru dia temukan dengan kehidupan sehari-hari
5) Peneliti menjadi fasilitator selama kegiatan berlangsung
Post Activity
1) Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan pembelajaran
2) Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang shalat sunnah
Tahap Akhir
a. Peneliti memberi feed back pada siswa dan memberi kesempatan untuk bertanya
b. Peneliti meminta siswa untuk mempelajari bahasan selanjutnya
Pertemuan Kedua (Rabu, 27 Agustus 2008)
Tahap awal
1) Salam pembuka
2) Membaca Al-Qur’an
Tahap Inti
Pre Activity
1) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberi kaitan dengan pelajaran yang lalu
2) Peneliti meminta siswa menyebutkan do’a siswa yang biasa dibaca siswa setiap hari
2) Secara global guru menjelaskan tentang do’a
3) Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi
Whilst Aktivity
1) Peneliti meminta siswa membacakan dalil tentang zikir dibantu dengan buku panduan yang ada
2) Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing
3) Setelah dibahas di kelompok masing-masing, pembahasan tentang fadilah do’a dibahas secara bersama-sama, tiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kelompok masing-masing sedang yang lain menanggapi
4) Peneliti memberi kesempatan siswa untuk mengaitkan pelajaran yang baru dia temukan dengan kehidupan sehari-hari
5) Peneliti menjadi fasilitator selama kegiatan berlangsung
Post Activity
1) Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan pembelajaran
2) Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang shalat sunnah
Tahap Akhir
1) Peneliti memberi feed back pada siswa dan memberi kesempatan untuk bertanya
2) Peneliti meminta siswa untuk mempelajari bahasan selanjutnya
3. Observasi dan Hasil Tindakan Kelas Siklus II
Hasil pengamatan peneliti siklus II pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, kreatifitas siswa terlihat lebih antusias dan kreativitas siswa lebih bervariasai, hal ini dikarenakan siswa lebih siap dengan metode dan teknik yang diterapkan dalam pembelajaran.
Peningkatan motivasi belajar yang terlihat dari aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung yang cenderung lebih antusias, kreatif, aktif dan sebagainya.
4. Refleksi Siklus II
Dari kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan teknik inquiry dapat membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PAI, hal ini dikarenakan siswa lebih menghargai pengetahuan yang telah didapat karena merupakan hasil dari usahanya sendiri dan lebih terdorong untuk mengetahui pengetahuan selanjutnya
Dari hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang dapat akan diambil :
a) pengetahuan yang dimiliki siswa perlu digali dan dikembangkan, sehingga siswa akan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru.
b) Menjaga dan meningkatkan proses belajar yang telah berjaln dengan baik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian penelitian tersebut di atas dapat diketahui bahwa penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning dengan teknik inquiry pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 5 SMA Nurul Jadid, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat diketahui dari hasil observasi partisipatif peneliti pada proses belajar mengajar berkenaan dengan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Adanya peningkatan motivasi belajar pada siswa dapat terlihat dari partisipasi siswa selama kegiatan berlangsung.
Dari beberapa uraian diatas juga dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan motivasi siawa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam perlu adanya pendekatan, metode ataupun teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dan lebih membuat siswa menghargai pengetahuan yang ia dapat.
2) Pendekatan Contextual Teaching Learning dengan teknik Inquiry pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah salah satu pendekatan dan teknik pembelajaran yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan motivasi siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
3) Siswa akan lebih respek dan berpartisipasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam jika siswa lebih termotivasi dan lebih menghargai pengetahuan yang ia dapatkan dari proses pembelajaran
B. Saran
Ada beberapa saran peneliti yang diharapkan dapat membangun dan mendukung peningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Nurul Jadid pada khususnya dan seluruh lembaga pendidikan pada umumnya, di antaranya adalah :
a) Dalam setiap pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam perlu adanya pendekatan, metode maupun teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan minat siswa yang hendaknya telah dipersiapkan oleh seorang guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar
b) Perlu adanya motivasi seorang guru terhadap siswa terkait dengan Pendidikan Agama Islam, sehingga siswa tidak merasa takut ataupan merasa kesulitan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar